Dempo XLer

Kemaruk Politik – Refleksi Pesan Harian UJH

Pesan harian Ustadz Junaidi Hamzah

Hudy Alfaizi
Pesan Ustadz Junaidi Hamzah
Ustadz Junaidi Hamzah - Mantan Gubernur Bengkulu
Tokoh Komputer Bengkulu

SorotBengkulu – Dalam pesan harian Ustadz Junaidi Hamzah (UJH) pada Jumat 27 April 2024, mantan Gubernur Bengkulu ini mengangkat isu tentang ‘Kemaruk’. Menurut UJH, kata ‘kemaruk’ memiliki akar dari ‘kemarok’ berasal dari bahasa Jawa yang secara harfiah berarti menggaruk.

“Awalnya, kata ini merujuk pada keinginan berlebihan terhadap makanan, namun kemudian berkembang menjadi istilah yang mencakup keinginan berlebihan terhadap segala sesuatu,” terang UJH.

Saat ini, masyarakat dihadapkan pada situasi kemaruk politik yang meresahkan. Istilah seperti nepotisme yang dahulu hanya dimengerti oleh anak-anak SD, kini bahkan membuat para pejabat negara menginginkan yang berlebih terhadap politik, kekuasaan, harta, dan kedudukan.

Hasil pemilu terbaru pun menunjukkan beberapa kepala daerah terjerat dalam kemaruk politik, dengan menempatkan keluarganya dalam posisi tertentu.

Baca:  Nabi adalah seorang "Pengembala" yang membenci "Pasar"

“Memposisikan istri, anak atau menantu dalam posisi tertentu,” ujar UJH.

Tak hanya di ranah politik, gejala kemaruk juga dianggap kesuksesan dan dihormati oleh masyarakat. Mereka terperangkap dalam siklus tanpa ujung yang menginginkan lebih banyak lagi dari yang mereka miliki.

“Kesuksesannya terkena sindrom kemaruk, ingin mendapatkan yang lebih dari yang didapatkan selama ini,” tuturnya.

UJH mengatakan, dalam pandangan Islam, keinginan berlebihan ini diingatkan sebagai hal yang tidak akan pernah cukup. Sebagaimana disampaikan oleh Ibnu ‘Abbas, Rasulullah Muhammad SAW bersabda, seandainya seseorang memiliki satu lembah emas, dia akan menginginkan dua lembah lagi.

Namun, kepuasan sejati hanya akan ditemukan dalam ketaatan kepada Allah, dan Allah senantiasa menerima taubat dari mereka yang kembali kepada-Nya.

Baca:  Belajar dari Mohammad Natsir: Meneladani Hidup Sederhana dan Tak Pandai Menabung

“Seandainya seorang anak Adam memiliki satu lembah emas, tentu ia menginginkan dua lembah lainnya, dan sama sekai tidak akan memenuhi mulutnya (merasa puas) selain tanah (yaitu setelah mati) dan Allah menerima taubat orang-orang yang bertaubat.(Muttafaqun ‘alaih. HR. Bukhari nomor 6439 dan Muslim nomor 1048),” pungkas UJH.

Gege Interior Bengkulu