Dempo XLer

Gus Dur Memimpin Dengan Demokrasi Semar

Pilpres 2024
Demokrasi Semar
Gusdur Memimpin dengan Demokrasi Semar - Membongkar Mitos Kepemimpinan ala Jawa
Tokoh Komputer Bengkulu

Hak Alam dan Makhluk Hidup dalam Demokrasi Semar

SorotBengkulu – Gus Dur memimpin dengan prinsip Demokrasi Semar, sebuah konsep yang menghargai hak hidup alam dan makhluk selain manusia. Sebelum demokrasi ala modern hadir, Nusantara, khususnya Jawa, telah memahami bahwa alam dan makhluk selain manusia memiliki hak hidup. Bahkan, hak mereka dianggap lebih tinggi dari kepentingan manusia itu sendiri. Tanah memiliki hak untuk subur, pohon memiliki hak untuk hidup, dan sapi memiliki hak untuk hidup dan makan rumput.

Dalam perspektif ini, manusia bukan hanya pusat dari segala kepentingan; mereka juga diharuskan menghormati hak-hak alam dan makhluk hidup lainnya. Demokrasi modern yang hanya menekankan Hak Bicara dan Hak Asasi Manusia dianggap dangkal dan tidak masuk akal. Demokrasi Semar memberikan pemahaman bahwa hak alam dan makhluk hidup juga harus diakui dan dihormati. Konsep ini menantang paradigma modern dan menawarkan wawasan baru tentang keseimbangan ekologi dan kemanusiaan.

Pangkat Tinggi dan Rendah dalam Kepemimpinan Jawa

Dalam tradisi Jawa, terdapat figur yang sangat dihormati bernama Semar. Sebagai dewa tertinggi, Semar mengalahkan bahkan Bathara Guru dan Togog. Pangkatnya sebagai Panembahan Ismoyo dan Bodronoyo Lurah Karang Kedempel menunjukkan kontradiksi unik: tinggi dan rendah secara bersamaan. Dalam konteks kepemimpinan Jawa, orang yang memiliki status tinggi seharusnya menempatkan dirinya di bawah, ibarat menggendong seperti sendok.

Baca:  Injourney Airport Jadi Pengelola Bandara Terbesar Ketiga di Dunia

Konsep kepemimpinan ini tercermin dalam istilah Jawa seperti Hamengkubuwono dan Mangkubumi. Pemimpin yang memiliki kasta tinggi seharusnya merangkul peran yang rendah, menciptakan harmoni dalam kepemimpinan. Gus Dur, ketika menjadi presiden, menerjemahkan konsep ini ke dalam praktiknya. Bahasa yang dipakainya dapat dimengerti oleh duta besar negara lain sekaligus oleh rakyat biasa, menciptakan keterbukaan dan kesetaraan di tingkat pemerintahan.

Gus Dur dan Kepemimpinan yang Akrab

Pada masa pemerintahan Gus Dur, istana negara menjadi tempat yang terbuka bagi semua orang. Prinsip ini mencerminkan nilai-nilai Demokrasi Semar yang diusungnya. Semua orang diizinkan masuk dan bebas berinteraksi di dalam istana. Bahkan orang dengan pakaian sederhana seperti sarung dan sendal jepit pun bebas masuk dan keluar dari istana. Ini bukan hanya simbol keterbukaan, tetapi juga perwujudan nyata dari kepemimpinan yang menghargai setiap lapisan masyarakat.

Baca:  Jaksa Agung Muda Intelijen Sampaikan Materi Kesiapan Kejaksaan Menyongsong Pemilu 2024

Gus Dur membuktikan bahwa kepemimpinan yang akrab dengan rakyatnya dapat menciptakan keharmonisan dan kepercayaan. Keterbukaan ini bukan hanya di dalam negeri tetapi juga di dunia internasional. Gus Dur berhasil menjalin hubungan yang baik dengan berbagai negara, membuktikan bahwa bahasa yang dimengerti oleh banyak pihak dapat membuka pintu diplomasi yang lebih luas.

Demokrasi Semar sebagai Fondasi Kepemimpinan Gus Dur

Gus Dur memimpin dengan Demokrasi Semar bukan hanya sebagai retorika kosong, melainkan fondasi konkret dalam kepemimpinannya. Konsep ini membawa nuansa kearifan lokal yang mengajarkan bahwa manusia seharusnya tidak hanya fokus pada dirinya sendiri, tetapi juga harus menjaga keseimbangan dengan alam dan makhluk hidup lainnya.

Kepemimpinan ala Gus Dur menciptakan ruang bagi keadilan, keterbukaan, dan kesetaraan. Dalam dunia yang sering kali dipenuhi oleh retorika politik dan kepentingan elit, Gus Dur memberikan contoh bahwa kepemimpinan yang memahami nilai-nilai lokal dan global dapat membawa perubahan positif.

Baca:  Antusiasme Pemilihan Presiden 2024 Meningkat: KPU Resmi Tetapkan Nomor Urut, Siap-Siap Memilih Pemimpin Bangsa!

Dengan menggali kembali nilai-nilai Demokrasi Semar yang diusung oleh Gus Dur, kita dapat menemukan inspirasi untuk menciptakan kepemimpinan yang lebih baik di masa depan. Gus Dur tidak hanya memimpin dengan kata-kata, tetapi juga dengan tindakan nyata yang mewujudkan visi dan nilai-nilainya. Kesederhanaan, keterbukaan, dan kearifan lokal adalah kunci utama dari kepemimpinan yang berkelanjutan.

Penulis : M. Yudha IF

M Yudha IF
Muhammad Yudha Iasa Ferrandy – Mantan ketua Umum HMI Cab. Bengkulu 2018-2019
Gege Interior Bengkulu