Dempo XLer

Tradisi Haul Gus Dur: Memahami Spiritualitas, Kebangsaan, dan Kehidupan Pribadi yang Menginspirasi

Pilpres 2024
Tradisi haul gus dur
Tokoh Komputer Bengkulu

SorotBengkulu – Tradisi Haul, suatu perayaan yang umumnya dilakukan dalam suasana spiritual oleh kalangan Sunni di berbagai negara, termasuk Indonesia, memunculkan daya tarik khusus ketika dipraktikkan untuk menghormati Gus Dur. Haul Gus Dur tidak hanya menciptakan atmosfer keagamaan, tetapi juga kebangsaan. Para tokoh yang hadir tidak hanya memberikan pelajaran agama, melainkan juga berbagi pandangan tentang tatanan negara, demokrasi, dan keadilan sosial, sambil menilai keadaan politik saat ini.

Gus Dur, yang dikenal sebagai mantan Presiden Republik Indonesia, kerap menyuguhkan pidato-pidato yang penuh logika untuk menggambarkan keadaan nasional. Masyarakat selalu menantikan humor-humor terbaru dari Gus Dur yang kritis terhadap dunia politik. Selain sebagai tokoh politik, Gus Dur juga merupakan seorang intelektual yang menulis tentang berbagai topik, termasuk agama, sepak bola, ekonomi, kebudayaan, dan sejarah.

Salah satu kisah menarik dalam perjalanan politik Gus Dur adalah ketika terjadi pemilihan presiden tahun 1999. Saat itu, Indonesia dihadapkan pada dilema besar terkait kemungkinan Megawati Soekarnoputri menjadi presiden. Melalui diskusi di Ciganjur, Gus Dur diajukan sebagai pemimpin sementara untuk merawat dan mengatasi situasi politik yang sulit. Inilah awal mula terbentuknya poros tengah yang memastikan Gus Dur terpilih sebagai presiden.

Baca:  Gus Dur Memimpin Dengan Demokrasi Semar

Sebagai seorang presiden, Gus Dur tetap mempertahankan keasliannya dan memiliki daya tarik tersendiri. Ia memimpin dengan gaya “Demokrasi Semar,” menciptakan lingkungan istana yang terbuka dan ramah bagi rakyat. Istana negara menjadi tempat yang dapat diakses oleh siapa saja, termasuk orang-orang bersarung dan sendal jepit.

Namun, keputusan Gus Dur untuk memutuskan hubungan antara kekuasaan nusantara dengan Kanjeng Ratu Kidul menjadi salah satu momen yang menarik perhatian. Gus Dur dengan santai menyampaikan bahwa ia telah mengirim SMS kepada Kanjeng Ratu Kidul untuk mengenakan jilbab jika ingin bertemu dengannya. Jawaban ini, selain mengundang tawa, memiliki makna simbolis yang dalam.

Setelah masa kepemimpinannya berakhir, Gus Dur menghadapi tantangan ketika dipecat secara politik. Meskipun dianggap sebagai saat yang sulit, Gus Dur tetap tenang dan bahkan bahagia. Ia memilih keluar dari istana negara dengan gaya yang unik, mengenakan kaos dan celana pendek.

Baca:  Pelaku Ancam Penembakan Ditangkap, Anies Dorong Pembinaan

Keunikan Gus Dur tidak hanya terlihat dalam sisi politiknya, melainkan juga dalam pandangan kehidupan pribadinya. Kisah tentang pertemuan arwah Gus Dur dengan Pak Harto di akhirat menciptakan suasana humor khas Gus Dur. Arwah Gus Dur memberi tahu Pak Harto bahwa fotonya menjadi viral dan populer di belakang truk-truk, menjadi sumber tawa di antara keduanya.

Gus Dur, sosok yang sampai saat ini belum diinterogasi oleh Munkar Nakir, meninggalkan warisan berharga bagi Indonesia. Melalui tradisi Haul dan kisah-kisah uniknya, Gus Dur tetap hidup dalam kenangan masyarakat Indonesia sebagai sosok yang autentik, berjiwa kritis, dan memiliki cinta yang mendalam terhadap kebangsaan dan keadilan sosial.

Baca:  Bawaslu Lebong Gencar Copot APK Dimasa Tenang

Penulis : M. Yudha IF

M. Yudha IF
Muhammad Yudha Iasa Ferrandy – Mantan ketua Umum HMI Cab. Bengkulu 2018-2019

 

Gege Interior Bengkulu